A blog by Bidan Dessy

….

Tips Saat Hamil

…..

Pertumbuhan si kecil

…..

Asuhan Kebidanan

…..

Biostatistika

Latest Posts


Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
  • Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  •  Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
  • Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
[ Read More ]

Fokus dari desain penelitian dan analisis statistik adalah studi tentang variabel. Pada saat Anda ingin mempelajari suatu fenomena, langkah pertama adalah mendefinisikan fenomena yang diteliti tersebut, dalam hal ini adalah menentukan variabel-variabel yang kita amati dan selanjutnya menentukan bagaimana cara Anda mengukur variabel tersebut. Proses tersebut dikenal dengan istilah definisi operasional. Jelas disini bahwa untuk memahami suatu fenomena, kita harus memahami dulu istilah variabel dan skala pengukuran. Apabila Anda tidak menentukan secara jelas cara pengukuran variabel yang ingin Anda pelajari, pada akhirnya Anda akan mengalami kebingungan dalam menentukan desain penelitian yang tepat serta dalam menentukan prosedur analisis statistik yang sesuai.
Sebagai contoh Fenomena di bidang pertanian. Pada saat Anda mengikuti perlombaan Lomba Lintas Lembah dan Bukit, Tanpa sengaja Anda memperhatikan pertumbuhan beberapa tanaman, pada lokasi tertentu ada tanaman yang tumbuh dengan subur dan ada juga yang merana, he2… Mungkin muncul pertanyaan baru? Kenapa tanaman yang tumbuh di tanah tersebut tumbuh dengan subur sementara di tempat lainnya tidak demikian? Setelah Anda perhatikan dengan seksama, ternyata pada lokasi yang tanamannya tumbuh dengan subur ditemukan banyak mengandung bahan organik yang berasal dari pupuk kandang. Anda bisa menyimpulkan bahwa tanaman subur karena tersedianya hara yang cukup dari pupuk kandang. Namun muncul lagi pertanyaan baru.., apakah semua jenis pupuk kandang pengaruhnya sama terhadap pertumbuhan tanaman? Nah ini baru ide baru.., dan Anda berniat untuk mempelajari pengaruh dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Langkah pertama adalah menentukan variabel apa saja yang akan dipelajari. Jelas disini ada dua kategori variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel akibat. Variabel penyebab dikenal dengan variabel bebas atau Faktor dan variabel akibat adalah variabel terikat (Respons). Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel-variabel tersebut. Misalnya variabel bebasnya adalah jenis pupuk kandang (ayam, domba, sapi) dan variabel terikatnya yang akan di amatinya (respons) adalah kandungan hara di dalam tanah (N, P, K), serapan hara oleh tanaman (N, P, K), pertumbuhan tanaman (diwakili oleh variabel Tinggi tanaman), dan hasil tanaman. Setelah variabelnya ditentukan, selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara pengukurannya? Misalnya, indikator yang akan dijadikan pewakil dari karakteristik hasil tanaman adalah berat biji. Bagaimana cara mengukurnya? Cara mengukur berat biji tersebut termasuk pada penentuan skala pengukuran dari variabel berat biji tanaman.
Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu yang kita lakukan dimulai dengan pengukuran objek yang akan kita pelajari. Pengukuran adalah pemberian angka atau kode pada suatu obyek.
Terdapat empat Jenis Skala Pengukuran yaitu Nominal, Ordinal, Interval, Ratio. Skala yang paling rendah adalah Nominal dan yang tertinggi adalah Skala Rasio. Skala pengukuran yang lebih tinggi akan memiliki karakteristik skala pengukuran di bawahnya. Misalnya, skala Rasio akan memiliki karakteristik Nominal, Interval, dan Ordinal.

Variabel Nominal/Skala Nominal

Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya dan hanya bisa digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya dapat diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi kita tidak dapat mengukur atau bahkan mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa jenis kelamin ke 2 orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi kita tidak bisa mengukur dan mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas yang diwakili oleh variabel tersebut. Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya angka 0 untuk perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar. Kode di sana hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak menunjukkan urutan atau kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi atau lebih baik di banding 0.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=” atau “≠”.
Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah:
  • jenis tanah,
  • varietas,
  • ras,
  • warna,
  • bentuk,
  • kota,
  • Golongan darah
  • Jenis penyakit
  • Agama
  • Suku
  • Nomor KTP/SIM/Kartu Pelajar

Variabel Ordinal/ Skala Ordinal

Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita ukur. Dalam hal ini kita bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A, namun kita tidak bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B. Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai tersebut. Contoh umum variabel ordinal adalah status sosial ekonomi keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial ekonominya dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa lebihnya atau mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik antar objek juga sudah menetukan urutan peringkat dari objek tersebut.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<” dan “>”. Misal kode angka untuk kelas bawah = 0, menengah = 1, dan atas = 2. Angka 0 berbeda dengan 1 ataupun 2 (operator aritmetk: = dan ≠), 0 lebih rendah dibanding 1 (operator aritmetk: < dan >),
Contoh:
  • Tingkat pendidikan atau kekayaan
  • Tingkat keparahan penyakit
  • Tingkat kesembuhan
  • Derajat keganasan kanker

Variabel Interval/ Skala Interval

Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan, mengurutkan peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval. Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu 30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain kita bisa membedakan (mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50 derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35. Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal, tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut).
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”. Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat.
Contoh Skala Interval lainnya:
  • Tingkat kecerdasan (IQ)
  • Beberapa indeks pengukuran tertentu

Variabel Rasio/ Skala Rasio

Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat B =35 kg, Berat C = 0 kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita bisa mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat C = 0 kg, artinya C tidak mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0 menunjukkan nilai 0 mutlak. Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala interval dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa berupa skala interval tapi bisa juga skala rasio, tergantung pada skala pengukuran yang digunakan. Apabila kita menggunakan skala Celcius atau Fahrenheit, termasuk skala interval, sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio. Mengapa? Karena suhu 0 derajat Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi daripada suhu 100 derajat, tetapi kita juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali lebih tinggi.
Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala rasio adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”, “+”, “-”, “x” dan “÷”.
Misal nilai Berat A 70 kg, berat B = 35 kg.
  • Operator aritmetik “=”, “≠”, kita bisa mengatakan Berat A berbeda dengan Berat B (A ≠ B);
  • Operator aritmetik “<”, “>”: A lebih berat dibanding B (A > B),
  • Operator Aritmetik “+”, “-”: Beda antara berat A dengan B = 35 kg (A – B = 70 – 35 = 35) kg,
  • Operator aritmetik “x” dan “÷”:A dua kali lebih berat dibanding B ( A = 2xB).
Contoh:
  • Waktu, panjang, tinggi, berat, usia
  • Kadar zat dan jumlah sel tertentu
  • Dosis obat, dll
Skala interval tidak memiliki karakteristik rasio. Kebanyakan prosedur analisis data statistik tidak membedakan antara data yang diukur dalam skala interval dan rasio.

Ringkasan skala pengukuran:

Skala
Definisi
Level
Operasi Aritmetik
Contoh
Nominal Data Kategori
  • Mutually exclusive
=, ≠
  • Jenis Kelamin
  • Wana Kulit
Ordinal Data yang hanya bisa diurutkan dari kecil ke besar atau sebaliknya
  • Mutually exclusive
  • Urutannya Pasti/Jelas
=, ≠
<, >
  • Status sosial ekonomi keluarga
  • Peringkat Kelas
  • Pangkat/Jabatan/Golongan
Interval Selain mencakup karakateristik Nomina dan Ordinal, juga sudah bisa dilakukan operasi penjumlahan karena jarak antara datanya sudah jelas.
Tidak mempunyai nilai nol mutlak
  • Mutually exclusive
  • Urutannya Pasti
  • Jarak antara kode sama
=, ≠,
<, >,
+, -
  • Suhu (Celsius & Fahrenheit)
  • IQ (tingkat kecerdasan)
Ratio Mencakup karakteristik Interval dan mempunyai nilai nol mutlak

  • Mutually exclusive
  • Urutannya Pasti
  • Jarak antara kode sama
  • Terdapat nilai nol mutlak
=, ≠,
<, >,
+, -
x, ÷
  • Suhu (Kelvin)
  • Waktu
  • Panjang
  • Berat
  • Tinggi
Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif)
Skala pengukuran
Kualitatif
Kuantitatif
Nominal
Ordinal
Interval
Ratio
Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel
Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel
Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel
Contoh Penerapan:

Jenis
Kelamin
Perilaku/
Sikap
Ujian
Peringkat
Huruf
Mutu

(L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F)
Barb P 80 100 1 A
Chris L 48 96 2.5 A
Bonnie P 74 96 2.5 A
Robert L 35 93 4 A
Jim L 79 92 5 A
Tina P 60 89 7 B
Ron L 55 89 7 B
Jeff L 56 89 7 B
Brenda P 74 88 9 B
Mark L 56 82 10 B
Mike L 65 75 11 C
Skala pengukuran:
nominal
interval
rasio
ordinal
ordinal
Skala pengukuran variabel penting untuk penentuan uji statistik yang sesuai: skala nominal dan ordinal hanya bisa menggunakan uji statistik non parametrik, sedangkan skala interval dan rasio bisa menggunakan statistik parametrik.
[ Read More ]












SISWA bagian dari remaja yang harus diselamatkan. Secara umum siswa  memiliki emosi yang bergelora, meledak-ledak dan mudah terkena godaan/rayuan oleh lingkungannya. Menyadari hal ini, pemahaman pengetahuan, keluasan pandangan tentang sesuatu harus mendalam sehingga benar-benar terhayati dalam hidupnya dan bila hal tersebut tidak baik siswa dapat menghindarinya.
Pengenalan aneka jenis penyakit, lebih-lebih yang bersinggungan dengan akibat kehidupan pergaulan bebas pantas diberikan kepada remaja dan lebih khusus lagi pada siswa-siswi di bangku sekolah. Salah satu penyakit berbahaya yang perlu disosialisasikan pada siswa yakni AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom kurangnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.

AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan nama HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV menyerang dan melemahkan sistem pertahanan badan manusia. Virus ini membutuhkan waktu untuk menyebabkan sondrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit ini ditandai melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki, karena sel darah putih dirusak oleh virus HIV.Virus ini dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui berbagai cara di antaranya, pertama, melalui hubungan seks penetratif tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan tercampurnya sperma dengan cairan vagina atau tercampurnya sperma dengan darah karena hubungan seks lewat anus. Ada pula perilaku beresiko pada kelompok laki-laki yang menyukai sesama jenis.

Kedua, pemakaian jarum suntik, semprot dan peralatan suntik lainnya tindik atau tatto. Penggunaan jarum suntik yang sudah tercemar HIV dan dipakai bergantian tanpa disterilkan terlebih dahulu. Hal ini biasanya terjadi di kalangan pengguna narkotika suntikan. Meskipun demikian, pemakaian jarum suntik di dalam penyuntikan obat, imunisasi, tatto, tindik yang telah terkena virus HIV juga dapat menjadi media penularan.

Ketiga, melalui air susu ibu (ASI).
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang terjangkit HIV positif dan melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi ini berkisar hingga 30 persen, artinya setiap dari 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada tiga bayi yang lahir dengan HIV positif.

Keempat, transfusi darah atau produk darah. Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV kemudian ditransfusikan pada orang lain maka orang tersebut akan tertular virus HIV tersebut. Terkait dengan hal ini maka transfusi darah, khususnya pendonor darah harus benar-benar sehat dan terbebas dari virus yang mematikan ini.

AIDS tidak ditularkan melalui makan dan minum bersama atau pemakaian alat makan dan minum. Pemakaian fasilitas umum seperti WC umum, telepon umum atau kolam renang. Senggolan dengan penderita juga tidak akan menularkan virus yang sangat berbahaya ini. Terkait dengan virus yang konon belum ada obat pembasminya ini, maka generasi muda, apalagi itu para siswa dan siswi harus tahu tatacara pencegahannya.

Cara pencegahan antara lain, gunakan jarum suntik yang steril dan baru apabila melakukan pengobatan karena sakit. Bila telah nikah selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman dan tidak berganti-ganti pasangan. Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu tentang semua resiko dan kemungkinan yang akan terjadi pada bayinya sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.

Semua alat yang menembus kulit dan darah termasuk pisau cukur jangan bergantian antara satu orang dengan orang lain. Apalagi orang tersebut telah diketahui menderita AIDS. Secara umum tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang yang sudah sampai pada tahapan AIDS antara lain, berat badan menurun lebih dari 10 persen dalam waktu yang singkat, demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), dan diare berkepanjangan pula. Gejala-gejala tambahan antara lain, batuk berkepanjangan (lebih satu bulan), kelainan kulit dan iritasi serta gatal-gatal, infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. 
 
Menyimak akibat fatal bagi pengidap HIV/AIDS, maka seluruh komponen masyarakat lebih-lebih generasi muda dan pelajar harus hati-hati dalam bergaul dan berperilaku. Anak muda, khususnya siswa wajib mendapat pemahaman akan bahayanya virus HIV ini. Pengetahuan yang mendalam serta tekad kuat untuk menghindari cara-cara penularan di atas seorang siswa akan terbebas ancaman virus maut tersebut.

Siswa-siswi merupakan aset bangsa yang harus diselamatkan. Bila para siswa telah terkena polusi virus ini, harapan masa depannya benar-benar pudar. Tatapan hari esoknya akan suram dan penuh masalah. Dari dasar ini, maka peran guru dan lebih-lebih orangtua siswa tidak ringan. Anak butuh kasih sayang dan perhatian. Pemenuhan kebutuhan materi yang melimpah belum menjamin siswa atau remaja secara luas akan terbebas dengan ancaman virus berbahaya tersebut.

Penanaman iman agama dan contoh perbuatan mulia dari guru dan orangtua merupakan modal yang paling mendasar bagi anak-anak bangsa. Bila generasi mudanya cerdas-cerdas dan berperilaku mulia akan mencerminkan harapan cerah bagi bangsa ini di masa depannya. Berawal dari lingkungan sekolah, para siswa memang wajib tahu dan paham akan bahaya HIV/AIDS secara lengkap. Amin
[ Read More ]


Mengapa harus memberikan ASI masyarakat telah mengetahui Mengapa harus memberikan ASI pemberian ASI eksklusif Mengapa harus memberikan ASI dilakukan hingga bayi berusia 6 bulan. Tapi kenapa harus sampai 6 bulan? "Dalam 6 bulan pertama kehidupan semua kebutuhan nutrisi dari protein, karbohidrat dan lainnya sudah tercukupi dari ASI Eksklusif," ujar dr Utami Roesli, disela-sela acara 'OneAsia Breastfeeding Partner Forum 7' di Grand Flora Hotel Kemang, Jakarta, Rabu (10/11/2010). dr utami menuturkan bayi berusia di bawah 6 bulan belum memiliki enzim pencernaan yang sempurna atau matang. Sedangkan didalam ASI sudah terdapat enzim lipase yang membantu penyerapan nutrisi seperti lemak DHA dan AA. Tapi jika mengonsumsi susu formula yang berasal dari susu sapi, tidak terdapat enzim penyerapnya.

Selain itu di dalam ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat mencegah beberapa penyakit penyebab
kematian anak di seluruh dunia seperti diare dan radang paru-paru. Serta menurunkan risiko penyakit darah tinggi, obesitas dan diabetes tipe 2.

"Dihari-hari pertama kehidupan terdapat kolostrum yang lebih kental dibanding susu setelahnya. Kolostrum ini berguna untuk menutup pori-pori pada usus bayi yang baru lahir sehingga menjadi sempurna," ungkap Ketua Sentra Laktasi Indonesia ini.

dr utami juga menyarankan para ibu agar memberikan ASI hingga usia anak 2 tahun. Karena dari 500 cc ASI yang diterima anak usia 2 tahun telah memenuhi 31 persen karbohidrat, 38 persen protein, 45 persen vitamin a dan 95 persen kebutuhan vitamin C anak.

Selain itu menyusui juga bisa bermanfaat bagi ibu yaitu sebagai kontrasepsi (pencegah kehamilan) alami atau metode amenore laktasi, mencegah kanker payudara dan kanker indung telur, ibu lebih cepat mendapatkan berat badan idealnya kembali serta mencegah obesitas.

Setelah berusia 6 bulan kebutuhan gizi bayi mulai meningkat dan saluran pencernaannya telah siap menerima makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk itu jangan lupa melakukan inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan dengan ASI eksklusif serta memberikam MP-ASI yang dibuat sendiri di rumah untuk buah hati@Detikhealth.com (Mengapa harus memberikan ASI)
[ Read More ]

IMD


Para ibu yang akan bersalin sebaiknya mengingat anjuran ini. Segera lakukan inisiasi menyusui dini pada bayi baru lahir guna menyelamatkan kehidupannya.

Promosi air susu ibu (ASI) eksklusif sudah lama digembar-gemborkan. Begitu juga manfaat yang didapat dan pemberian ASI eksklusif bagi bayi maupun ibu. Kini, selain ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini (IMD) menjadi bagian penting. IMD di satu jam pertama setelah bayi lahir, menjadi awal terbaik kehidupannya.

Dalam Pediatrics 2006 disebutkan, menunda IMD bisa meningkatkan kematian, merujuk penelitian terhadap 10.947 bayi lahir antara Juli 2003-Juni 2004 di Ghana. Dari penelitian itu terketahui 22 persen bayi diselamatkan hidupnya bila mendapat AS satu jam pertama setelah lahir.

"Menunda inisiasi menyusui dini akan meningkatkan kematian bayi. Seperti mamalia lain, yang akan mati saat tidak langsung menyusu pada induknya setelah lahir," tutur konsultan laktasi, Dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, CIMI, IBCLC. Faktanya, lanjut Dr. Utami, bayi sudah siap menyusu 30-40 menit setelah lahir.

Sedikitnya 1 jam

IMD memberi kesempatan kepada bayi untuk menyusu segera setelah lahir. Bayi setelah lahir, baik melalui persalinan normal maupun Caesar, dibiarkan berada di dada ibu selama 30-60 menit. Bayi akan secara refleks mencari puting susu ibunya dan kemudian menyusu.

Ada lima tahapan yang dilalui bayi saat akan menyusu dini. Di 30 menit pertama, ia akan beradaptasi dengan trauma kelahirannya. Ini merupakan tahap menenangkan diri atau istirahat siaga.

Di menit ke-30 sampai 40, bayi akan mengeluarkan suara, melakukan gerakan mengisap dan memasukkan tangan ke mulut. Setelah itu, bayi mengeluarkan air liur dan kakinya menekan perut ibu untuk bergerak ke arah payudara.

Kemudian bayi mengecap kulit ibu dan mendapat bakteri baik yang ada di sana. Bayi menyentuh puting dan tangannya menghentak-hendak ke dada ibu untuk merangsang keluarnya ASI. Baru setelah itu, bayi akan menyusu.

Bayi yang diberi kesempatan mengisap puting ibu segera setelah lahir, memiliki kemungkinan keberhasilan lebih besar dalam menyusu. Tak hanya itu, saat bayi merangkak dan mencari puting susu ibu akan menjadi momen paling membahagiakan bagi ibu.

Melalui IMD, ibu akan memberi kehangatan dan perlindungan yang baik bagi bayi, selain mengurangi risiko kematian akibat hipotermi atau kedinginan. Hal ini, ujar Dr. Utami, dikarenakan suhu tubuh ibu lebih hangat satu derajat dari lingkungan sekitar, sehingga bayi merasa lebih nyaman dan aman.

Kulit ibu yang sangat ajaib ini dapat menyesuaikan diri dengan suhu yang dibutuhkan bayi. Bila bayi kedinginan, suhu ibu akan naik dua derajat. Bila bayi kepanasan, suhu tubuh ibu akan turun satu derajat Celsius.

Selain menciptakan kontak kulit bayi dengan kulit ibu yang memberi kehangatan bagi bayi, IMD juga membuat perdarahan pascakelahiran lebih sedikit. Yang tak kalah penting, peran oksitosin terbaik adalah pada 45 menit pertama saat bayi menyusu dini.

IMD merupakan cara termudah dan paling berhasil. Terlebih ketika ibu secara fisik dan psikologis telah dipersiapkan untuk kelahiran, dan diinformasikan, didukung, serta diberi kepercayaan atas kemampuannya untuk menyusui dan memberi cinta bagi bayinya.

Tanpa dimandikan

Ada sejumlah tindakan yang menurut Dr. Utami tidak membantu bayi untuk menyusu dini. Contohnya, bayi dibersihkan, dimandikan, dan dibedong lebih dulu. "Tindakan ini keliru," ucapnya.

Bayi yang sudah mendapat perlakuan seperti itu tidak bisa mencari puting susu ibunya dan ini akan menghambat proses menyusu. Padahal, menunda IMD akan meningkatkan risiko kematian neonatal.

Dikatakan Dr. Dien Sanyoto Besar, Sp.A(K), mengawali pemberian ASI lebih dari satu jam dalam 24 jam pertama kala bayi lahir akan meningkatkan risiko kematian 1,5 kali. Bila mengawali ASI di hari kedua atau lebih, risiko kematiann menjadi tiga kali lipat. Tambahan lagi, kata Dr. Dien, sekitar 44 persen kematian neonatal terjadi akibat tidak beri ASI eksklusif.

Sangat esensial

IMD merupakan komponen dari perawatan esensial bayi baru lahir. Petugas kesehatan, termasuk bidan dan perawat, bisa dilatih untuk memberi konseling bagi ibu hamil tentang pentingnya IMD.

Setiap orang hendaknya membantu dan mendukung ibu dalam melakukan kontak kulit dengan bayi dan segera melakukan IMD. Langkah itu bisa dimulai dengan meminta anggota keluarga untuk mendukung calon ibu, meminta ayah menyediakan satu jam sehari guna mendukung istri saat kehamilan, persalinan, dan setahun pertama setelah melahirkan.

Selanjutnya meminta dokter dan perawat satu jam per minggu mendukung calon ibu melakukan IMD, serta meminta pemerintah, biro internasional dan nasional untuk memasukkannya sebagai satu indikator dasar dari perkembangan kesehatan bayi baru lahir.

Lebih Tahan Stres

Inilah segudang manfaat ASI:

• Perkembangan kognitif lebih baik
Dalam American Journal of Clinical Nutrition 1999 dijelaskan, anak yang diberi ASI, tingkat kecerdasannya iebih tinggi 3,16 poin daripada yang diberi susu formula.

• Kekebalan lebih tinggi dan mencegah kematian balita
Daiam jurnal Pediatrics 2001 disebutkan, pemberian ASI tidak eksklusif atau sama sekali tidak mendapat ASI seiama 4 bulan pertama kehidupan, akan meningkatkan risiko kematian bayi akibat ISPA 2,4 kali dan akibat diare 3,94 kali. Bila pemberian ASI eksklusif ditingkatkan dari 39 persen jadi 78 persen, angka kematian itu dapat diturunkan dari 114 jadi 77 per 1.000 kelahiran (tahun 2006). Pemberian ASI eksklusif dapat menyelamatkan 30 ribu anak di Indonesia.

• Melindungi bayi baru lahir
Dalam Pediatrics, Maret 2006 disebutkan, 22 persen kematian bayi baru lahir dapat dicegah jika bayi menyusu dini. Ini berarti, 21 ribu bayi di Indonesia dapat diseiamatkan.

• Pertumbuhan anak optimal
Hasil studi tahun 1997-2003, seperti dilaporkan WHO tahun 2006, menunjukkan anak-anak yang diberi ASI eksklusif 4-6 bulan dan berlanjut hingga usia 2 tahun, serta diberi makanan pendamping ASI yang tepat, pertumbuhannya optimal.

• Menurunkan stres
Bayi yang diberi ASI lebih mudah mengabaikan stres. Perbandingan ini dilihat pada anak-anak dengan orangtua bercerai versus tidak bercerai. Anak yang tidak diberi ASI, tingkat stresnya 9 kaii lebih tinggi ketimbang anak dengan ASI yang hanya dua kali tingkat stresnya.

• Menurunkan risiko obesitas dan diabetes
[ Read More ]

KONSEP UMUM

INDUKSI PERSALINAN ELEKTIF

Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan. American College of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko persalinan yang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial).
Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan sectio caesar.
Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio caesar 2 – 3 kali lipat.
Induksi persalinan elektif pada kehamilan aterm sebaiknya tidak dilakukan secara rutin mengingat bahwa tindakan sectio caesar dapat meningkatkan resiko yang berat sekalipun jarang dari pemburukan out come maternal termasuk kematian.
Induksi persalinan eletif yang dirasa perlu dilakukan saat aterm ( ≥ 38 minggu) perlu pembahasan secara mendalam antara dokter dengan pasien dan keluarganya.

INDUKSI PERSALINAN ATAS INDIKASI

Tindakan induksi persalinan dilakukan bila hal tersebut dapat memberi manfaat bagi ibu dan atau anaknya.
INDIKASI:
  1. Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis
  2. Pre eklampsia berat
  3. Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan
  4. Hipertensi
  5. Gawat janin
  6. Kehamilan postterm
KONTRA INDIKASI:
  1. Cacat rahim ( akibat sectio caesar jenis klasik atau miomektomi intramural)
  2. Grande multipara
  3. Plasenta previa
  4. Insufisiensi plasenta
  5. Makrosomia
  6. Hidrosepalus
  7. Kelainan letak janin
  8. Gawat janin
  9. Overdistensi uterus : gemeli dan hidramnion
  10. Kontra indikasi persalinan spontan pervaginam:
    • Kelainan panggul ibu (kelainan bentuk anatomis, panggul sempit)
    • Infeksi herpes genitalis aktif
    • Carcinoma cervix uteri

PEMATANGAN SERVIK PRA INDUKSI PERSALINAN

Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan.
Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan “BISHOP SCORE” yang dapat dilihat pada tabel 13.1
Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi
Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik.
Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang tidak “favourable” ( Skoring Bishop < 4 ) untuk dilakukannya induksi persalinan.
Tabel 10.1 Sistem Skoring Servik “BISHOP” yang digunakan untuk menilai derajat kematangan servik

Sistem Skoring Servik

METODE PEMATANGAN SERVIK MEDIKAMENTOSA

Prostaglandine E2

Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator khusus intraservikal dengan dosis 0.5 mg.
Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil).
Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 – 12 jam pasca pemberian prostaglandine E2.
Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 – 5% kasus yang mendapat prostaglandine suppositoria.

Prostaglandine E1

Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 µg.
Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat diulang pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat.
Bila dengan dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 µg.
Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum adalah 4 x 50 µg ( 200 µg ).
Dosis 50 µg sering menyebabkan :
  • Tachysystole uterin
  • Mekonium dalam air ketuban
  • Aspirasi Mekonium
Pemberian per oral: Pemberian 100 µg misoprostol peroral setara dengan pemberian 25 µg per vaginam

METODE PEMATANGAN SERVIK MEKANIS

  1. Pemasangan kateter transervikal
  2. Dilatator servik higroskopik ( batang laminaria )
  3. “stripping” of the membrane

Pemasangan kateter Foley transervikal.

Tidak boleh dikerjakan pada kasus perdarahan antepartum, ketuban pecah dini atau infeksi.
Tehnik:
  • Pasang spekulum pada vagina
  • Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui servik dengan menggunakan cunam tampon.
  • Pastikan ujung kateter telah melewati osttium uter internum
  • Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air
  • Gulung sisa kateter dan letakkan dalam vagina
  • Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau maksimal 12 jam
  • Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya dan kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.
Dilatator servik higroskopik
Dilakukan dengan batang laminaria.
Dilakukan pada keadaan dimana servik masih belum membuka.
Pemasangan laminaria dalam kanalis servikalis.
12 – 18 jam kemudian kalau perlu dilanjutkan dengan infus oksitosin sebelum kuretase.
clip_image002[4]
Gambar10-1:
  1. Pemasangan laminaria didalam kanalis servikalis
  2. Laminaria mengembang
  3. Ujung laminaria melebihi ostium uteri internum (pemasangan yang salah)
  4. Ujung laminaria tidak melewati ostium uteri internum (pemasangan yang salah)

Stripping of the membrane”

Metode efektif dan aman untuk mencegah kehamilan posterm.
Menyebabkan peningkatan kadar Prostaglandine serum.

INDUKSI & AKSELERASI PERSALINAN

Dilakukan dengan menggunakan oksitosin sintetis.
Induksi persalinan dan akselerasi persalinan dilakukan dengan cara yang sama tapi dengan tujuan yang berbeda.
Induksi Persalinan (induction of labour): merangsang uterus untuk mengawali proses persalinan.
Akselerasi Persalinan (augmented of labour) : merangsang uterus pada proses persalinan untuk meningkatkan frekuensi – durasi dan kekuatan kontraksi uterus [HIS].
Pola persalinan yang BAIK adalah bila terdapat 3 HIS dalam 10 menit dengan masing-masing HIS berlangsung sekitar 40 detik.
Bila selaput ketuban masih utuh, dianjurkan bahwa sebelum melakukan induksi atau akselerasi persalinan terlebih dahulu dilakukan Pemecahan Selaput Ketuban (ARM ~ Artificial Rupture of Membranes atau amniotomi)

AMNIOTOMI

Pecahnya selaput ketuban (spontan atau artifisial ) akan mengawali rangkaian proses berikut:
  • Cairan amnion mengalir keluar dan volume uterus menurun;
  • Produksi prostaglandine, sehingga merangsang proses persalinan;
  • HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat ( bila sudah inpartu)

Tehnik :

clip_image002[6]
  • Perhatikan indikasi
  • CATATAN : Pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pertahankan selaput ketuban selama mungkin untuk mengurangi resiko penularan HIV perinatal
  • Dengar dan catat DJJ
  • Baringkan pasien dengan tungkai fleksi dan kedua tungkai saling menjauh dan kedua lutut terbuka
  • Gunakan sarung tangan steril, lakukan VT dengan tangan kanan untuk menilai konsistensi – posisi – dilatasi dan pendataran servik
  • Masukkan “amniotic hook” kedalam vagina
  • Tuntun “amniotic hook” kearah selaput ketuban dengan menyusuri jari-jari dalam vagina
  • Dorong selaput ketuban dengan jari-jari dalam vagina dan pecahkan selaput ketuban dengan ujung instrumen
  • Biarkan cairan amnion mengalir perlahan sekitar jari dan amati cairan amnion yang keluar
  • Setelah pemecahan ketuban, dengarkan DJJ selama dan setelah HIS
  • Bila DJJ < 100 atau > 180 dpm : dugaan terjadi GAWAT JANIN .
  • Bila persalinan diperkirakan TIDAK TERJADI DALAM 18 JAM berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi kemungkinan infeksi GBS pada neonatus:
  • Penicillin G 2 juta units IV; atau Ampicillin 2 g IV, tiap 6 jam sampai persalinan; Bila tidak ditemukan gejala infeksi pasca persalinan, hentikan pemberian antibiotika
  • Bila setelah 1 jam tidak nampak tanda-tanda kemajuan persalinan MULAILAH PEMBERIAN OKSITOSIN INFUS
  • Bila indikasi induksi persalinan adalah PENYAKIT MATERNAL IBU YANG BERAT ( sepsis atau eklampsia) mulailah melakukan infuse oksitosin segera setelah amniotomi.

Komplikasi amniotomi:

  1. Infeksi
  2. Prolapsus funikuli
  3. Gawat janin
  4. Solusio plasenta

TEHNIK PEMBERIAN OKSITOSIN DRIP

  1. Pasien berbaring di tempat tidur dan tidur miring kiri
  2. Lakukan penilaian terhadap tingkat kematangan servik.
  3. Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut jantung janin
  4. Catat semua hasil penilaian pada partogram
  5. 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau PZ) dan diberikan dengan dosis awal 10 tetes per menit.
  6. Naikkan jumlah tetesan sebesar 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai kontraksi uterus yang adekuat.
  7. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali kontraksi per 10 menit) hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan pemberian:
    1. Terbutalin 250 mcg IV perlahan selama 5 menit atau
    2. Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan RL 10 tetes permenit
  8. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit:
  9. Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose 5% (atau PZ) dan sesuaikan tetesan infuse sampai 30 tetes per menit (15mU/menit)
  10. Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai kontraksi uterus menjadi adekuat atau jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit.

Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi tersebut maka:

  • Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar.
  • Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu :
    • 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit
    • Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai kontraksi uterus adekuat.
    • Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak adekuat maka induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.

Jangan berikan oksitosin 10 Unit dalam 500 ml Dextrose 5% pada pasien multigravida dan atau penderita bekas sectio caesar

Rujukan :

  1. Bujold E, Blackwell SC, Gauthier RJ: Cervical ripening with transervical foley catheter and the risk of uterine rupture. Obstet Gynecol 103:18, 2004
  2. Culver J, Staruss RA,Brody S, et al: A randomized trial comapring vaginal misoprostol versus Foley catheter with concurrent oxytocin for labor induction in nulliparous women. Am J Perinatol 21:139, 2004
  3. Cunningham FG (editorial) : Induction of labor in “William Obstetrics” 22nd ed p 536 – 545 , Mc GrawHill Companies 2005
  4. Guinn DA et al : Extra-amniotic saline infusion, laminaria, or prostaglandine E2 gel for labor induction with unfavourable cervix: A randomized trial. Obstet Gynecl 96:106, 2000
  5. HoffmanMK, Sciscione AC : Elective induction with cervical ripening increase the risk of caesarean delivery in multiparous women. Obstet Gynecol 101:7S, 2003
  6. Saiffudin AB (ed): Induksi dan Akselerasi persalinan dalam “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal” YBPSP,Jakarta, 2002
  7. Smith KM, Hoffman MK, Sciscione A: Elective induction of labor in nulliparous women increase the risk of caesarean delivery. Obstet Gynecol 101, 45S, 2003
[ Read More ]

DEFINISI
Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.

ETIOLOGI
Induksi persalinan dilakukan karena:
Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
Pertumbuhan janin makin melambat.
Terjadi perubahan metabolisme janin.
Air ketuban berkurang dan makin kental.
Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.

Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.
Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
Hidramnion.
Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis.
Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat.
Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur.
Mempunyai riwayat hipertensi.
Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya.
Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.

Indikasi pokok untuk induksi persalinan:

Induksi persalinan terbagi atas:
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Syarat – syarat pemberian infuse oksitosin :
 Agar infuse oksitosin berhasil dalm menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat – syarat sebagai berikut :
A. Kehamilan aterm
B. Ukuran panggul normal
C. Tak ada CPD
D. Janin dalam presentasi kepala
E. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka)

 Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.






SKOR PELVIK MENURUT BISHOP

SKOR 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1 - 2 3 - 4 5 - 6
Pendataran serviks 0 – 30% 40 – 50% 60 – 70% 80%
Penurunan kepala diukur dari bidang H III (cm) -3 -2 -1 0 +1 +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks kebelakang Searah sumbu jalan lahir Kearah depan

Teknik infus oksitosin berencana:
1. Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas
2. Pagi harinya penderita diberi pencahar
3. Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik
4. Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU
5. Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infus dengan jarum abocath no 18 G
6. Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah
7. Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan.
8. Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda – tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda – tanda gawat janin.
9. bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat.

b. Prostaglandin
Pemberian Prostaladin
Prostagladin dapat merangsang otok – otot polos termsuk juga otot-otot rahim.Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif.

c. Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intrauterin
 Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20 , urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.
 Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.

2. Secara manipulatif
a. Amniotomi
• Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus ( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
• Beberapa teori mengemukakan bahwa :
- Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks
- Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira – kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot – otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
- Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf – syaraf yang merangsang kontraksi rahim
• Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan inpus oksitosin
• Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit – penyulit sebagai berikut :
- Infeksi
- Prolapsus funikuli
- Gawat janin
- Tanda – tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ).

Tehnik amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian – bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir

b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the membrane)
1. Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his.
2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah :
a. Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
b. Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan.
c. Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.

c. Pemakaian rangsangan listrik
Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam – macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa – bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

d. Rangsangan pada puting susu (breast stimulation )
1. Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang putting susu.
2. Pada salah satu putting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat ½ jam – 1 jam, kemudian istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudaraan bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara – cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks pada kasus – kasus kehamilan lewat waktu.

INDIKASI
1. Indikasi Janin
A. Kehamilan lewat waktu
B. Ketuban pecah dini
C. Janin mati
2. Indikasi ibu
A. Kehamilan lewat waktu
B. Kehamilan dengan hipertensi
3. Indikasi kontra drip induksi
A. Disproporsi sefalopelvik
B. Insufisiensi plasenta
C. Malposisi dan malpresentasi
D. Plasenta previa
E. Gemelli
F. Distensi rahim yang berlebihan
G. Grande multipara
H. Cacat rahim

1. Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
2. Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa ibu.

Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas), inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin).
Indikasi ibu, misalnya: kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.

PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.

Komplikasi
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat – syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.
[ Read More ]